Rabu, 11 Mei 2011

Pengalaman Mendirikan Minimarket

Saya cuma ingin membagi pengalaman saya mendirikan mini market. Meskipun masih beberapa bulan berjalan dan belum ketahuan untungnya. Namun langkah -langkah mendirikan mini market memberikan banyak pengalaman untuk saya dan semoga perlahan dapat menambah lapangan kerja bagi orang lain.

Berawal di bulan Juli, saya dan isteri yang sedang berjalan melihat-lihat sekitar toko peralatan rumah tangga kami, kebetulan saat itu kami memerlukan beberapa kebutuhan bahan pokok dan toiletries, selang beberapa lama kami berjalan, tak satupun kami jumpai toko yang cukup representative yang menjual kebutuhan yang kami perlukan. Umumnya hanya toko biasa yang menjual keperluan terbatas dengan penataan yang terbatas selain beberapa bengkel motor dan warung makan.

Dari kesulitan kami yang ada, kami melihat ada peluang bagus untuk mendirikan sebuah toko layaknya minimarket di wilayah tersebut. Untuk menambah keyakinan, iseng-iseng ngobrol dengan para pelanggan toko, penduduk sekitar maupun pemilik warung makan dan bengkel, mengenai kenapa ngga ada toko layaknya sebuah minimarket disekitar mereka, menanyakan respon gimana jika ada mini market disini.
Dari jawaban yang didapat saya bisa tarik kesimpulan awal jika mereka sebenarnya menginginkan adanya toko yang representative yang memudahkan mereka berbelanja kebutuhan sehari-hari tanpa harus pergi ke pasar yang tentu memerlukan biaya angkot maupun bensin.

Asumsi dasar tersebut memantabkan saya untuk mencoba membuka usaha toko layaknya minimarket di lokasi tersebut. Berhubung saya sangat awam mengenai bisnis ini, langkah awal untuk mendirikannya adalah mencari informasi awal tentang apa itu mini market. Hal-hal apa yang harus dipenuhi, bagaimana cara menjalankannya, peralatannya. Beruntung saya mendapatkan buku yang bagus karangan Hadi Hartono, SE, "Sukses Mengelola bisnis mini market" di Gramedia. Buku tipis namun memberi banyak informasi yang relevan dengan kebutuhan.

Dari buku tersebut, saya mendapat gambaran hal-hal apa yang diperlukan untuk mendirikan toko tersebut. Saya buat list kebutuhan awal dan di kolom kanan saya cantumkan keterangan dimana saya mesti cari infonya. Mengingat saya berada diluar jawa, kebutuhan akan peralatan tentulah dicari disekitar kita minimal di ibu kota propinsi. Beruntung saya memiliki yellow pages. Ambil daftar perusahaan yang menjual untuk perangkat utama seperti lemari, rak, etalase de el el. Lalu hunting satu per satu sambil cari-cari apakah ada yang menjual barang tersebut secara second.

Software Point of Sales saya dapatkan setelah browsing di internet. Saya coba beli satu license yang resmi agar mendapatkan buku panduan dan layanan purna jual yang baik termasuk info-info contact perusahaan supplier yang bisa menyediakan barang.



Di bulan Agustus, informasi perangkat dasar sudah saya dapatkan termasuk total biaya yang dikeluarkan untuk pembeliaannya. Namun ada hal lain yang ternyata perlu dipertimbangkan, lokasi dan desain. Mengingat biasa sewa ruko yang cukup mahal belum termasuk interiornya. Saya putuskan menyulap toko alat rumah tangga menjadi mini market sementara peralatan rumah tangga saya tempatkan dilantai 2. Untuk gudang dengan senang hati saya korban satu kamar di rumah saya. Kalo dilihat konsepnya menjadi perpaduan mini market dan peralatan rumah tangga. Lumayan nambah2 item produk.

Mengenai desain interior, beruntung ada majalah info franchise yang bisa memberikan sedikit gambaran mini market sekelas alfamart dan Indomaret serta circle K. walaupun tidak menyontek habis namun memberikan inspirasi mengenai permainan warna dan penerangan termasuk desain ruangan. Biar tampak beda, warna ruangan di dominasi oleh warna kuning sementara bagian luar toko di dominasi warna orange. Cukup membedakan karena di kanan kiri ruko lain lebih di dominasi warna hijau dan krem.

Mendapatkan Modal
Setelah saya kalkulasi untuk perangkat,dasar ternyata modal yang diperlukan cukup besar. Hampir 35 juta. Yaitu untuk AC, computer Point of sales, Pintu alumunium, etalase, kamera CCTV, rak snack, renovasi ruko. showchase. Untungnya saya masih punya rak kayu dari usaha alat rumah tangga. Karena di kantong Cuma ada 10 juta , mau tak mau mesti putar otak.
Untuk AC 1 pk saya ambil dari perusahaan kredit selama 1.5 tahun sehingga saya Cuma bayar kurang lebih 400 rb per bulan, untuk pintu alumunium dan etalase seharga 12 juta saya negosiasikan dengan pemiliknya untuk dibayar secara mencicil 6 bulan dengan tambahan para karyawan dan pemilik toko tersebut didaftarkan sebagai member dan mendapatkan harga khusus. Kebetulan pemilik toko tersebut sudah kenal baik karena saya sering memesan etalase dari mereka.
Kamera CCTV dan rak snack saya beli dengan kartu kredit. Tambahan modal saya dapatkan dengan mengagunkan 2 Bpkb motor ke leasing sebesar 13 juta dan digunakan untuk membeli computer point of sales dan renovasi. Sisa dana yang ada menjadi tambahan modal untuk barang jualan.

Modal untuk barang
Sebagian modal barang jualan saya dapatkan dengan menawarkan proposal ke teman-teman yang berniat invest ke minimarket saya. Caranya satu investor hanya boleh untuk investasi satu klasifikasi produk seperti soft drink, toiletries, makanan dll. Saya buatkan kode khusus klasifikasi di Software Point of Sales agar traffic dari barang yang diinvestasikan bisa dimonitor termasuk stock akhir dan jumlah yang terjual. Pembagian persentase keuntungan berdasarkan barang yang laku. Rencananya uang hasil penjualan juga akan dipisahkan berdasarkan klasifikasi tersebut dan dilaporkan ke investor setiap bulan. Dari cara ini saya mendapatkan suntikan modal dari 3 orang teman saya. Cukup kompleks tapi berhubung modal pas-pasan. Resiko ini saya ambil dulu.

Berburu barang dagangan
Ternyata mendapatkan barang yang bagus dengan harga kompetitif merupakan hal yang tidak mudah. Beruntung saya sudah punya supplier alat rumah tangga yang dengan senang hati memberi info dimana tempat yang bagus mencari barang yang dijual. Jawabannya sederhana, kalo mo cari barang untuk minimarket, cari aja di daerah pergudangan. Disana banyak distributor resmi. Bisa tanya-tanya tentang barang dan cara pembeliannya.

Daerah pergudangan dimaksud ternyata luas dan saya mendatangi gudang distributor satu persatu, berbicara dengan para sales termasuk minta list produk mereka untuk dipilah-pilah. Cara yang sering saya gunakan, saya katakan ke satpam bahwa saya ingin membuka minimarket dan ingin bertemu dengna contact person-nya. Mereka (para satpam) akan senang hati mengenalkan kita ke para salesnya. Dan umumnya mereka dengan senang hati menginformasikan dimana letak distributor produk tertentu.
Saya jalankan proses ini satu minggu dan malamnya hari dilanjutkan dengan membuat list apa saja yang akan kita beli untuk tahap awal. Ada kelemahan di pembelian di pergudangan adalah tidak bisa mencampur varian produk. Kendala ini saya siasati dengan membeli di grosir besar. Biar terlihat bervariasi dan lebih banyak setiap varian produk cukup 3 item saja. Alasan karena saya belum tau mana saja yang diminati oleh calon konsumen. Hal yang baik jika membeli di kompleks pergudangan, jika kita dinilai bagus dari pembayaran dan selalu membayar cash selama beberapa waktu, mereka akan menawarkan kemudahan pembayaran hingga jatuh tempo dua minggu bahkan lebih.

Strategi pemasaran
Sejak awal saya melihat sulit mendapatkan pelanggan yang loyal di category retail. Untuk menyikapinya, software point of sales yang saya beli sudah dilengkapi dengan system keanggotaan sehingga saya sedikit mengadopsi konsep membership. Dimana saya lebih meningkatkan pelayanan untuk member dengan harapan dapat menemukan atau mendapatkan pelanggan yang loyal.
Agar lebih menarik konsumen menjadi member, saya coba menggunakan harga khusus member dan umum. Saya membuat list rencana promosi setiap bulannya dan hanya dibagikan kepada member. Selain itu agar lebih mengenalkan, saya memanfaatkan radio local untuk iklan. Strategi yang saya rencanakan ini akan saya uji cobakan hingga beberapa bulan. Jika ternyata didapati masih perlu perbaikan, informasi dari majalah swa, Mix dan marketing akan menjadi referensi yang bagus.

Persiapan pembukaan
Pesiapan pembukaan yang cukup menyita waktu adalah input stock awal ke computer. Setiap produk yang kita beli harus di pilah dan diklasifikasikan kemudian di scan dan didata berdasarkan barcode. Kadang ada produk yang tidak menggunakan barcode sehingga kita coba buat kode sendiri (kebanyak peralatan rumah tangga produk china , bahan kue dan roti local). Agar lebih menyakinkan semua produk yang telah dimasukan kemudian ditata di rak dan dihitung ulang. Process ini memerlukan perhatian lebih dan ketelitian karena jika lupa bisa salah menempatkan harga dan stok awalnya. Dari hampir seribu item yang ada, diperlukan waktu dua minggu untuk pendataan. Cukup melelahkan namun puas jika sudah diselesaikan.

Pembukaan
Setelah menutup toko hampir beberapa lama, akhirnya persiapan awal selesai. Saya meresmikan toko berkonsep minimarket di hari Minggu, 23 september 2007. Agar lebih cepat dikenal dan tidak menghilangkan kesan toko rumah tangga, saya gunakan nama "NADINE MART". Mohon doa restu semoga toko yang baru ini bisa terus menghidupi dan menjadi sumber penghasilan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar